Mengenal Sejarah Surau Lubuk Bauk Batipuah
Surau
Lubuak Bauak terletak di Jorong Lubuak Bauak, Nagari Batipuah Baruah, Kecamatan
Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat, Indonesia. Surau Lubuak Bauak
ini dibangun tahun 1896 hingga tahun 1901.
Surau ini dibangun sepenuhnya mengunakan
kayu Surian, dengan luas 154 meter persegi dan tinggi bangunan sampai ke puncak
kurang lebih 13 meter, dengan corak bangunan dari Koto Piliang yang dapat
dilihat dari susunan atap dan adanya menara.
Bagian atas bangunan berdenah bujur sangkar. Bangunan
Surau Lubuak Bauak ini memiliki 30 tiang kayu penyangga berbentuk segi delapan
yang menopang bangunan dan saling terhubung dengan sistem pasak tanpa
paku besi.
Lantai satu memiliki denah berukuran 13 x 13 meter. Letaknya ditinggikan
sekitar 1,4 meter dari permukaan tanah, membentuk kolong. Kolong bangunan
ditutup membentuk lengkungan-lengkungan yang pada bagian atasnya dihiasi ukiran
berpola tanaman sulur-suluran. Mihrab dibuat menjorok ke luar berukuran 4 x 2,5
meter dinaungi atap gonjong, bentuk atap yang terdapat pada rumah gadang.
Pada setiap sisi ruangan terdapat
jendela, kecuali pada mihrab. Pintu masuk terletak di sisi Timur sejajar dengan mihrab. Di
atas pintu terdapat tulisan basmalah yang dibuat dengan teknik ukir dan
di belakangnya ditutup dengan bilah papan.
Pada sebelah kanan pintu,
terdapat tangga yang menghubungkan ke lantai dua. Lantai ini berdenah 10 × 7,50
meter. Di tengah-tengah ruangan lantai dua, terdapat tiang dengan tangga
melingkar untuk ke lantai tiga yang memiliki denah lebih sempit berukuran 3,50
× 3,50 meter.
Atap bangunan terbuat dari seng bersusun
tiga. Tingkat pertama dan kedua berbentuk limas dengan permukaan cekung,
sedangkan tingkat ketiga berupa atap berdenah silang dengan gonjong di empat
sisinya. Terdapat semacam baluster di antara atap lantai satu dan lantai dua. Pada
bagian puncak, terdapat elemen berupa semacam gardu, berdenah segi delapan
berdinding kayu dengan jendela-jendela semu yang diberi kaca di setiap sisinya.
Struktur ini berfungsi sebagai menara, yang dapat dinaiki melalui
tangga spiral di lantai dua. Atap menara dibuat bersusun membentuk
kerucut dengan bentuk susunan buah labu dihiasi kelopak daun mirip padmanaba
pada bangunan Hindu. Eksterior berupa ukiran minang melekat pada dinding menara berupa pola tumbuhan pakis
yang didominasi warna merah, kuning, dan hijau.
Sampai saat ini Surau Lubuak Bauak
masih digunakan anak-anak untuk menuntut ilmu agama, ilmu beladiri, dan
berbagai kegiatan kerohanian lainnya. Setiap harinya, puluhan anak-anak warga
sekitar belajar di surau ini.
Tidak hanya itu tahun 1925 hingga
1928, Buya Hamka yang lahir di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten
Agam, Sumatera Barat, 17 Februari 1908, menjadikan surau ini tempat mengaji dan
menimba ilmu. Serta Surau Lubuak Bauak ini pula Buya Hamka terinspirasi menulis
novel yang terkenal tentang “Tenggelamnya Kapal van der Wijck”.
Surau ini juga ditetapkan sebagai cagar
budaya di bawah pengawasan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BPPP) Batusangkar dan menjadi salah
satu daya tarik wisata terkenal di Tanah Datar. (Ranny, Delia,imam)
Komentar
Posting Komentar