Dari Kuli Bangunan Untuk Calon sarjana


      
Kesadaran bahwa pendidikan begitu penting bagi anak-anaknya dan kewajiban menuntut ilmu menjadi penyemangat bagi Heri untuk memperjuangkan keinginan anaknya menjadi pekerja kantoran. Kerja serabutan pun ia lakoni tanpa peduli berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk membiayai sekolah anaknya.
Sejak 2016 anak lelaki ini menjadi mahasiswa. Bermodalkan hasil kerja kerasnya sebagai kuli bangunan, ia mampu memenuhi kebutuhan yang harus dibayarnya. Mulai dari pembayaran SPP, kebutuhan sehari-hari, dan lain-lain.
Heri adalah seorang kuli bangunan di desa yang terletak di Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya. Umurnya yang sudah tak muda lagi, membuat anaknya semakin semangat menuntut ilmu. Lelaki paruh baya ini tak pernah bosan menjalankan rutinitas yang sudah lama ia lakoni . Mulai berangkat pagi dan pulang sebelum matahari tenggelam.
“Begitulah rutinitas saya setiap hari, saya tak menyebutnya bertukang melainkan ke kantor. Bukan hanya orang kota saja yang ke kantor. Kuli bangunan  seperti saya juga ke kantor,” ucapnya dengan sedikit tawa.
Bapak beranak dua ini tak ingin nasib anaknya seperti dirinya yang hanya menyelesaikan  sekolah sampai Sekolah Menengah Atas lantaran keterbatasan dana. Semua pekerjaan ia lakoni untuk menutupi biaya hidupnya.
Baginya, tak gampang menjadi seorang kuli bangunan. Ia harus mampu memutar otak agar gajinya bisa mencukupi semua kebutuhan hidup. Meskipun hasilnya tidak terlalu banyak, tetapi sebenarnya keuntungan yang didapatkannya sudah sebanding dengan jerih payahnya sebagai kuli bangunan.(YvT)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMINAR DESAIN GRAFIS BERBASIS BISNIS YANG DIADAKAN OLEH HIMPUNAN MAHASISWA PROGRAM STUDI JURNALISTIK ISLAM

REVIEW FILM JOKER

USIA LANJUT, PAIMIN TETAP EKSIS BERJUALAN