Takbir Pertanda Hari kemenangan

Takbir Pertanda Hari Kemenangan
Oleh Giska Lovina Fernando


Takbir bergema. Anak-anak berlari membawa obor. Lantunan kalimat tauhid di pengujung Ramadan mengalun dari penjuru kota. Karpet permadani terbentang pada setiap rumah yang telah di cat dan dibersihkan. Uang Baru dari berbagai pecahan disiapkan oleh setiap kepala keluarga.  Tradisi khusus menyambut hari kemenangan.
Hari raya Idul Fitri, hari kemenangan, eid Mubarak, atau lebaran merupakan hari besar dan hari yang ditunggu oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia. Rasa menang karena telah dapat menyelesaikan puasa sebulan lamanya, rasa bahagia karena dapat bertemu dengan sanak keluarga yang semula merantau menjadi moment khas suasana di hari itu.
Ada banyak penjelasan mengenai hari sakral itu. Umumnya dai  mengatakan bahwa tanggal 1 Syawal merupakan hari berlangsungnya hari itu di mana setiap umat muslim seperti terlahir kembali (fitrah). Dai kondang, Cak Nur memaknai Idul Fitri sebagai sebagai ranah mental-individual, dengan mengumpamakan Ramadan sebagai momen pertaubatan (purgatorio) dan Idul Fitri sebagai moment yang lebih tinggi, yakni memasuki paradise atau yang biasa dikenal dengan surga, dengan syarat tetap menjaga kesucian diri yang terisolasi dari problematika yang terjadi baik yang bersifat material dan non material kaum muslim.
Arti dari kata Idul fitri ini sendiri beragam. Sebagian kalangan ulama menyebutkan sebagai hari yang dibolehkan makan atau makan kembali, dan sebagian ulama lain menyebutkan sebagai kembali fitrah. Sehingga memunculkan pertanyaan pemberian nama pada tanggal 1 Syawal ini, Idul Fitri atau Idul Fitrah.
Kemenangan di hari lebaran haruslah tersusun dari dua aspek, lahiriah dan bathiniah, fisik dan mental, jasmani dan rohani, atau ekterior dan interior. Kaum muslim akan mendapatkannya secara haqiqi ketika mereka berjuang, berjihad dengan sungguh-sungguh mengubah sistem kapitalis menuju dunia baru tanpa penghisapan.  Mereka yang mendapatkan kemenangan di hari yang fitri adalah mereka yang bisa berpuasa yang bukan hanya menahan haus dan lapar selama Ramadan, tetapi juga mereka yang juga dapat menahan hawa nafsu nya.
Perumpaan tersebut akan menjadi benar jika puasa yang merupakan nama lain dari ibadah simbolik yang bertujuan melatih diri dalam perjuangan yang benar-benar perjuangan melawan egosentrisme, menumbuhkan solidaritas kemanusiaan, dan meningkatkan interaksi efektif dari setiap umat yang menjalankannya. Bukan hanya itu, puasa juga merupakan suatu cara pengaplikasian kemampuan berkomunikasi dengan Tuhan sebagai pencipta dengan hambanya.
Saling memaafkan dengan mengucapkan kata minal aidin wal faizin akan selalu berkumandang yang merupakan perwujudan dari hilangnya rasa dendam dari setiap kaum yang pernah menyakiti atau disakiti kaum lainnya. Tidak menutup kemungkinan jabat tangan sebagai aplikasi kata saling memaafkan merupakan salah satu cara umat Islam merayakan hari kemenangan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMINAR DESAIN GRAFIS BERBASIS BISNIS YANG DIADAKAN OLEH HIMPUNAN MAHASISWA PROGRAM STUDI JURNALISTIK ISLAM

REVIEW FILM JOKER

USIA LANJUT, PAIMIN TETAP EKSIS BERJUALAN