Dadiah, Yoghurtnya Minangkabau

             
        Tidak hanya masyarakat Eropa saja yang bisa berbangga dengan kuliner nikmatnya. Orang Indonesia, Sumatera Barat terutama juga dapat berbangga diri. Eropa boleh punya fermentasi susu sapi, tapi Sumatera Barat memiliki susu kerbau. Segar, langsung dari perahan tanpa tambahan apa-apa. Dikemas dalam batang bamboo seukuran 15 cm atau 30 cm. Daun pisang atau daun haru yang cokelat layu oleh asap menjadi penutupnya.

       Dadiah namanya. Berwarna putih, tekstur kental dan pekat namun lembut disaat bersamaan. Dingin jika baru dibuka, tapi langsung tanpa suhu jika dibiarkan beberapa lama. Seperti produk fermentasi lain, dadiah ini juga berasa asam. Hanya saja, tingkat asamnya berbeda-beda. Umumnya, asam cenderung hambar menyapa lidah ketika disantap. Disajikan dengan irisan bawang merah, cabai merah dan timun, dadiah menjelma jadi salad ala orang Minang. Jika ingin rasanya lebih manis, tambahkan gula aren atau makan bersama ampiang. Gurih dan nikmat.

      Karena tidak menggunakan tambahan apa-apa, aromanya tidaklah menusuk hidung layaknya produk susu fermentasi lain. Walau memang masih ada saja yang tidak menyukai aromanya. Asam, aneh dan menggelitik hidung. Untung saja tidak tajam.
     Sekarang tidak banyak lagi yang memproduksi dadiah ini. Cita rasanya yang unik, dikhususkan kepada orang dengan selera berbeda pula. Di Batusangkar, sangat sulit menjumpai penjual dadiah, padahal membuatnya tidak lama, hanya sehari atau dua saja. Tapi yang namanya kuliner tradisional, memang tidak bisa sembarangan. Kalaupun bertemu penjual dadiah, tempatnya sepi dari pembeli. Harganya yang melambung untuk sebatang bambu seukuran 15 cm itu mengerutkan niat membeli. Padahal di tempat lain, harganya tidak melangit.

Imro Atur Rodhiyah (1730303012)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW FILM JOKER