Harga Terlalu Murah, 25 Tahun Masih Mendorong Gerobak Bakso
Namanya Mas Mintok. Sampai sekarang saya juga tidak tahu siapa nama aslinya. Yang saya tahu ia berasal dari Jawa, itupun entah daerah mana. Ia adalah seorang pedagang bakso yang sudah menjadi langganan saya dan keluarga. Tiap sore, tanpa pernah absen, ia dan gerobak lewat di depan rumah keluarga saya. Ada senyum nostalgia berbalut pedih setiap kali saya di rumah dan melihat ia masih berjualan. Meski saat ini ia lebih banyak mangkal di depan warung dekat rumah, tetapi gerobak berkelir birunya masih setia menemani. Semangku bakso komplit racikannya yang rasanya tidak pernah berubah, saat ini ia bandrol seharga lima ribu Rupiah saja. Harga yang sebenarnya tidak masuk akal apalagi jika dibandingkan dengan harga semangkuk bakso di kota-kota besar yang bisa tiga hingga lima kali lipatnya. Bahkan di kota kelahiran saya, harga lima ribu Rupiah untuk semangkuk bakso, sebenarnya termasuk terlalu murah.
Yang membuat saya sampai sekarang gemas dengan cara Mas Mintok berjualan adalah bagaimana ia menghitung harga pokok dari semangkuk bakso. Dan hal ini mungkin yang bisa jadi dilakukan oleh banyak pedagang kecil seperti Mas Mintok. Banyak pedagang kecil terutama yang berjualan keliling, hanya memperhitungkan biaya pembelian dan pengolahan bahan baku sebagai dasar menentukan harga jual. Padahal mereka lupa, di dalam semangkuk bakso itu sebetulnya mungkin ada biaya lelah dia berkeliling, biaya makan siang, dan lain-lain. Hal inilah yang membuat saya berpikir jangan-jangan hal ini adalah salah satu faktor utama yang membuat banyak pedagang kecil tidak mampu naik kelas.
Kalau boleh saja sebentar kita membayangkan, apa yang terjadi jika si Mas Mintok di tahun kelimanya berani untuk menyewa ruko kecil untuk berjualan. Pelanggan setia yang sudah ia dapatkan selama lima tahun karena baksonya memang enak, tentu akan tetap datang meski kini ia tak berkeliling. Dengan menyewa ruko, iapun bisa secara bertahap menaikkan harga, karena di dalam baksonya kini ada komponen biaya tambahan berupa sewa bangunan, tagihan listrik, tagihan air, dan lain-lain. Hal ini tentu secara proporsional wajib dibarengi dengan porsi, layanan, dan fasilitas yang lebih memanjakan pelanggan.
Kalau kita misalkan bakso Mas Mintok tadi, komponen biaya sewa ruko dalam semangkuk baksonya akan semakin kecil jika ia berhasil menjual semakin banyak bakso. Ya, menyewa ruko memang membutuhkan biaya besar, tetapi secara bertahap bisa tertutup jika ia mampu secara konsisten menaikkan penjualan baksonya. Dan inilah risiko yang mungkin tidak banyak orang mau ambil. (AO)
Komentar
Posting Komentar