Kenali Tiga Pola Pikir Negatif Thinking Bagi Diri Kita

Batusangkar – Cara kita mempersepsikan sesuatu ini sebenarnya dipengaruhi oleh berbagai macam hal, seperti mindset kita, pikiran kita didalam diri kita, perasaan kita, sikap kita dan juga sampai ke kepercayaan kita. Ada istilah psikologi yang harus diketahui, yaitu:
1. Sensasi adalah segala hal yang berasal dari luar dan ditangkap oleh panca idera kita, misalnya udara dingin, kebisingan gitu dari situasi yang ramai sampai kecahaya matahari misalnya terus bikin kita silau.
2. Persepsi adalah apa yang ditangkap oleh panca indera kita
 itu akan dikirim ke otak dan diberikan makna untuk respont. Misalnya ada angin terus anginnnya kencang dingin, nah ini yang bikin kita berkomentar kalo hari ini dingin ya dan kita akan memakai jacket untuk melindungi tubuh kita.
Jadi persepsi itu dipengaruhi oleh berbagai macam hal dan sebenarnya kalau kita mengalami perasaan senang, puas atau sedih, itu adalah pengaruh dari hal-hal tadi.
Sama saja kayak kita pikir gimana sih orang kaya banget, yang bisa membeli apa yang dia inginkan. Sebelum kita mengambil keputusan yang cepat, serta memperhatikan sebuah kejadian. Maka hal pertama kita lakukan adalah berikan konteks kejadian dan pengalaman tersebut. Biasanya kalau pikiran kita lagi sinkronis sama realita, kita bisa mengasih makna dan konteks dengan benar dan sehat. Misalnya saat kita melihat teman kita lagi jalan dan memcoba menyapa, tapi dia tidak menengok. Nah kita misalnya lagi sinkron sama realita mungkin kita sadar kalau dia mungkin tidak mendengarkan.
Tapi banyak juga kondisi dimana pikiran kita tidak sinkron sama realita, maka dari itu kita salah mengasih makna dan akhirnya malah negative thinking. Kabar baiknya negative thinking ini dapat kita control menjadi pola.
3 pola negative thinking yang paling umum, seperti:
1. Pola pukul rata merupakan pola yang muncul setelah ada satu atau rangkaian kejadian yang membuat kata pukul rata kalau kejadian itu bakal mempengaruhi seluruh hidup kita. Misalnya kata-kata yang sering muncul adalah selalu atau tidak pernah. Contohnya kita pernah salah berbicara ketika public speaking, nah di situ kita merasa selalu mengatakan salah berbicara dan kita mikir seperti itu terus gagal.
2. Langsung lompat ke kesimpulan sebagaimana pola ini biasanya berasal dari membuat asumsi yang kita tidak tahu itu pasti benar atau salah. Contohnya asumsi tentang gimana orang lain mikir tentang kita atau asumsi tentang bagaimana sesuatu itu pasti bakal terjadi gitu. Contohnya saat kita melihat teman kita lagi jalan dan memcoba menyapa, tapi dia tidak menengok. Disini kita langsung mengambil kesimpulan kayaknya dia benci sama kita atau tidak mau merespont pangilan kita tadi. Jadi seakan-akan kita membaca pikiran dia, dan seakan-akan dia memang mendengarkan tapi pura-pura tidak mendengar.
3. Pola menyalahkan merupakan pola pikir negative dimana kita menyalahkan suatu kejadian ke satu pihak saja, misalnya ke diri sendiri, ke orang lain atau apa pun yang disalahin. Padahal sebuah kejadian itu faktornya banyak sekali dan seringkali melibatkan hal-hal yang kadang tidak bisa kita control. Misalnya kita datang ke acara dan mungkin tidak ada orang yang mengajak kita berbicara, akhirnya bikin kita merasa kecewa, dan menyalahkan diri sendiri, karena kita merasa kita tidak bisa berbicara atau introvert. Bahkan orang lain mikir kita tidak asyik, sementara kita tidak berbicara ada factornya.
Jadi bagaimana cara mengurangi 3 pola negative thinking tadi?
Tentu saja jawabnnya ada di awal yaitu bagaimana kita mengasih konteks ke kejadian dan bagaimana kita mempersepsikan sesuatu. Maka dari itu kenali diri kita lebih dalam dan selalu berfikiran positif terhadap apapun itu. (Ranny, Fahrika, Faris)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMINAR DESAIN GRAFIS BERBASIS BISNIS YANG DIADAKAN OLEH HIMPUNAN MAHASISWA PROGRAM STUDI JURNALISTIK ISLAM

REVIEW FILM JOKER

USIA LANJUT, PAIMIN TETAP EKSIS BERJUALAN