Ayah pahlawan pertama, pria terhebatku
Sosok yang hebat, tidak kenal lelah dan pantang
menyerah. Wajah yang masih bersinar,
dan tidak ada sedikit pun rambut yang berwarna putih,
telah memberikan sinyal bahwa beliau seorang laki-laki setengah tua yang
memiliki seribu alasan untuk lahir di dunia ini.
Sosok yang tak pernah kenal pamrih. Pemikul
beban berat yang tak pernah merintih. Dialah seorang Ayah. Tak pernah peduli
siang dan malam mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi kelangsungan hidup
keluarganya.
Rasa sayang tersirat melalui tindakan dan doa,
adalah hal yang aku dapatkan dari Ayah. Ayah adalah sosok yang tegas, tak kenal
lelah, selalu ingin membahagiakan keluarganya dan menutupi kesedihan serta
kekhawatiran yang dialaminya.
Aku ingat saat kecil, ayah begitu dekat dengan
ku. Setiap hari aku dibawa keluar rumah hanya untuk pergi jalan-jalan, dan
membeli makanan untukku.
Walaupun ayah berprofesi sebagai pedagang, tapi
ayah selalu meluangkan waktu untuk keluarga, rela menutup dagangannya demi
berkumpul dengan keluarga kecil.
Bentuk perhatian Ayah tidak seperti Ibu yang
terang-terangan. Tetapi jika aku melakukan kesalahan, Ayah adalah orang pertama
yang akan terus terang menegur dan memarahiku. Aku yang keras kepala hingga
membuatnya geram, baru akan sadar atas kesalahanku saat Ibu menjelaskan maksud
kemarahan Ayahku.
Namun, Allah memberikan cobaan ke keluarga kami,
ayah ku sakit saat umur ku Sembilan tahun. Semenjak ayah ku sakit, ayah tidak
lagi bekerja. Meskipun ayah sakit, ayah tidak pernah untuk menyerah dan
mengeluh akan sakitnya. Ayah selalu tersenyum meskipun sebenarnya ayah merasa
sedih melihat kondisi beliau yang saat ini.
Kesedihan dengan penuh emosional yang Ayah
rasakan adalah saat orang yang disayanginya meninggal dunia. Orangtua Ayah
meninggal diwaktu yang berdekatan, tangisannya begitu pecah membuat aku tidak
kuat melihatnya. Ayah terlihat tidak berdaya dan begitu rapuh. Dibalik sisi
tegasnya, saat menangis Ayah berusaha untuk tetap tegar dan tidak larut dalam
kesedihan.
Ayah adalah pahlawan nomor satu dalam hidupku.
Aku bersyukur memiliki Ayah yang selalu menyayangiku, dan telah memberikan
banyak pelajaran tentang kehidupan. Ayah, diumur yang mulai menua, tetaplah
jaga kesehatan, jangan ragu untuk membagikan keluh kesah dan berbahagialah
selalu. Aku selalu mendoakan, dan menyayang Ayah. (Nurul hasya ilyana)
Komentar
Posting Komentar