Catatan Kecil untuk Malaikatku
Terkadang hidup tak selalu berjalan sesuai keinginan. Ada kalanya aku harus melalui berbagai macam rintangan. Manis pahit harus aku rasakan, Karena semua berjalan sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki. Aku hanya bisa memerankan apa yang memang seharusnya jadi tugasku. Tertawa ketika bahagia dan menangis ketika duka.
Ketika aku mengingat-ingat kembali segala hal yang pernah ku lalui, saat itupun aku menyadari. Selama ini tak pernah ada orang yang benar-benar ikhlas berada di sisi. Tapi ada seseorang yang selalu setia menemaniku dalam keadaan apapun dialah ibu, bagaikan malaikat yang Tuhan kirimkan untuk tinggal di bumi ini.
Seketika air mata ini menetes,saat aku mengingat wajahnya yang mungkin kini semakin menunjukkan tanda-tanda bahwa ia telah bertambah tua. Menyadari bahwa selama ini mungkin aku belum bisa membuatnya bahagia. Selama ini aku cuma membuatmu terluka dengan sikapku, terkadang aku jengkel terhadap semua bantahanmu.
Di saat-saat seperti itu bukan amarah yang kau tunjukkan. Bukan pula tangis kecewa yang kau berikan. Tapi pelukan hangat dan kasih sayangmu yang kau berikan. Kau bilang itu semua hanyalah cobaan, atau mungkin sesuatu yang Tuhan berikan sebagai sebuah teguran. Oh Ibu, betapa Tuhan benar-benar menciptakan malaikat disampingku, yang selalu memegang erat tanganku, yang selalu berusaha menuntunku kembali ke jalan mu hingga semua badai itu benar-benar berlalu.
Tiba saatnya dimana aku harus berada jauh darimu. Mencoba menumbuhkan kemandirian dengan hidup terpisah jauh darimu. Kau mendukung semua keputusanku walau ku tahu dari dalam lubuk hatimu, kau benar-benar berat untuk melepasku. Maaf Bu, bukan aku tak suka berada di sampingmu, tapi ini semua adalah upayaku untuk membayar semua rasa kecewa yang pernah ku berikan padamu. Aku mencoba menebus semua kesalahanku dan membayar semua peluhmu yang telah kau cucurkan demi anak-anakmu. Walau ku tahu, sampai kapanpun aku tak akan mampu melunasi apa yang telah kau berikan padaku.
Menjalani hari-hari sendiri ternyata tak mudah untuk ku lalui. Terkadang aku harus bersusah payah mengusir sepi. Tiap malam aku menghabiskan malam dengan membayangkan ibu juga di sini. Tak ada ibu tempatku berkeluh kesah, dan tak ada pangkuanmu tempat ku menumpahkan air mata saat ada masalah. Bahkan ketika aku tau ibu sedang sakit dan aku tak ada di sana, itu membuatku benar-benar resah dan ingin marah. Haruskah aku menyesali keputusanku untuk hidup sendiri seperti ini, Bu ? Tapi bukankah ini juga merupakan mimpimu ? Setidaknya aku sedikit lega karena bisa membuatmu sedikit bangga.
Betapa luar biasa nya dirimu bagi diriku Ibu( Guspita rahmi)
Komentar
Posting Komentar